Jika Ingin Berbahagia, maka Berbahagialah...

Tuesday, January 19, 2010

“Jika anda ingin berbahagi, maka berbahagialah…”

Itu adalah salah satu petuah bijak dari seorang besar dunia. Saya mungkin seperti orang kebanyakan yang akan langsung bertanya, “bagaimana caranya?”. Iya saya tahu bahwa kita harus bahagia, namun bagaimana caranya?. Masa sih mau bahagia, ya bahagia begitu saja. Ah…rasanya sulit sekali mencerna kata-kata bijak tersebut. Mungkin kalau kata-katanya: “Jika ingin berbahagia, maka carilah banyak harta…” itu lebih spesifik dan mudah dimengerti.



Saya juga pernah mendengar nasihat bijak dari seseorang (saya lupa, apakah ini saya dapat dari kehidupan nyata saya, ataukah dari film yang saya tonton). Namun kurang lebih begini kata-katanya: “Sedih dan bahagia itu hanyalah soal fokus. Hanya soal bagaimana kita menempatkan fokus pikiran kita kepada yang membahagiakan. Jika kita hanya berfokus pada hal-hal yang membuat kita sedih, membuat kita marah dan kesal, maka itulah yang akan terjadi pada kita”. Namun sebaliknya, jika kita mulai membiasakan untuk lebih berfokus pada yang pada yang dapat membuat kita bahagia, maka itu akan membahagiakan.


Anda pernah dengar kan kata-kata, “Obat yang paling manjur di dunia adalah tertawa”. Para ahli kedokteran bahkan secara terang-terangan mengakui, bahwa sebagian besar penyakit yang dialami seorang pasien adalah lebih disebabkan karena luka batinnya. Sedih, takut, marah, kecewa, akan menghasilkan depresi. Depresi akan meningkatkan resiko bagi datangnya berbagai penyakit.


Jadi, kenapa kita sekarang masih senang sekali untuk bersedih-sedih? Bagaimana kalau mulai dari sekarang kita coba untuk melihat di sekeliling kita tentang semua yang bisa membahagiakan kita. Bahwa kita masih punya pekerjaan sedangkan yang lain masih banyak yang menganggur, atau kita masih bisa bekerja, membangun usaha, sedangkan yang lain mungkin mengurus dirinya sendiri saja sulit. Bahagialah karena Tuhan masih memberikan kita kesempurnaan fisik untuk bekerja sementara banyak orang di luar sana harus hidup dalam penuh ketidaksempurnaan fisik. Bahagialah bahwa saat ini kita memiliki tempat berteduh, kita masih bisa terlindung dari hujan dan panas, dan masih bisa beristirahat jika malam tiba, sementara banyak orang di luar sana yang harus hidup beratapkan langit.


Berbahagialah karena kita masih mempunyai pikiran yang sehat. Banyak hal yang masih bisa kita rencanakan. Banyak yang masih harus kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita. Berbahagialah kita masih diberi kesehatan akal dan mental sementara banyak orang di luar sana harus termenung sedih meratapi saudaranya, keluarganya dan bahkan sekedar orang yang dikenalnya, yang harus mengalami kekurangan secara akal dan mental. Dan bahkan masih ada seribu satu alasan untuk orang-orang yang kurang beruntung tersebut, untuk dapat menyebut dirinya “orang beruntung”.


Di atas langit masih ada langit. Di atas orang yang pintar, masih ada banyak orang yang pintar. Di atas orang besar, masih ada banyak orang besar, di atas orang yang bahagia masih banyak orang bahagia, dan begitupun dengan yang kekurangan dan yang menderita. Sehebat dan senikmat apapun Anugrah yang diberikan Tuhan kepada kita, masih ada seribu satu alasan untuk mengingkarinya. Masih ada seribu satu alasan untuk kita memilih menjadi orang yang selalu merasa kurang dan menderita, dan begitu pun sebaliknya. Masih ada seribu satu alasan bagi mereka yang selama ini dianggap kurang, kecil dan terbuang, untuk bisa menyebut dirinya “si paling beruntung”.


Mereka yang selalu kita anggap penuh kesulitan hidup, namun masih mempunyai banyak senyum untuk dibagikan kepada orang lain di sekitarnya. Ada seribu satu alasan bagi mereka untuk selalu tersenyum bahagia, ada seribu satu alasan bagi mereka untuk mensyukuri hidup ini. Bagaimana menurut anda? Apa mungkin mereka sudah gila? Atau justru kita yang gila? Atau…semua ini Cuma masalah fokus. Fokus kepada yang membahagiakan, fokus kepada yang membuat kita merasa senang.

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

Blogwalking

 
Copyright © menurut saya