“PUKULAN IBLIS” YANG MEMBERI KEKUATAN

Sunday, March 14, 2010

Salah satu film favorit saya adalah Kung Fu Hustle, dari sisi jalan cerita dan logika, memang ini bukan film serius. Jangan berfikir bahwa kita akan menemukan banyak pemikiran dari film ini. Ini Cuma film hiburan. Benar-benar untuk hiburan. Isinya berupa action, dan lelucon, tapi saya sangat menyukainya.

Walaupun hanya sekedar hiburan, ada satu adegan dalam film ini yang paling sangat saya sukai, yaitu ketika si jagoan (Stephen cow), yang pada awalnya hanyalah seorang pecundang, harus dipukuli bertubi-tubi oleh si musuh sakti “si iblis” dank arena itulah kekuatan dalam diri si jagoan, baru keluar.

Si jagoan ini pada awalnya benar-benar pecundang. Dia mencoba untuk menjadi seorang pahlawan yang ingin membela kaum yang lemah (pada waktu ia kecil), namun ternyata gagal. Begitu seringnya ia mengalami pengalaman pahit dalam hidupnya. Dicemooh, dilukai, dipukuli, dihina sudah jadi langganan bagi dia.

Suatu hari ia berfikir untuk merubah jalan hidupnya. Ia lelah menjadi orang baik. Ia lelah berkeinginan menjadi penolong bagi yang lemah. Selanjutnya ia pun bercita-cita menjadi penjahat. Penjahat yang sangat kejam dan sangat ditakuti. Pilihannya ketika itu jatuh untuk menjadi anggota geng mafia. Seorang anggota geng mafia yang kejam.

Berkali-kali ia berusaha untuk menjadi salah seorang geng mafia, ia pun gagal. Sampai akhirnya takdir mempertemukan dia lewat kejadian yang unik, dengan seorang bos mafia terkenal di kota itu. Singkat cerita bos mafia memintanya untuk membantunya mencari pendekar jahat yang sangat ia butuhkan jasanya untuk melawan beberapa pendekar putih (baik).

Ketika berhasil pendekar jahat telah ditemukan, maka terjadilah pertarungan sengit antara pendekar baik dan si iblis. Sampai pada pertarungan sengit di mana pendekar-pendekar itu saling unjuk kekuatan dan saling mengunci lawan masing-masing. Pada kesempatan itu si pecundang ini disuruh bos nya (bos mafia) untuk membunuh pendekar baik. Alih-alih membunuh pendekar baik, si pecundang/calon jagoan ini malah memukul si iblis. Si iblis marah besar, menghampiri si pecundang dan memukulnya membabi buta, berkali-kali dan tanpa ampun hingga babak belur, beruntung pendekar baik segera menolong dan membawanya pergi.
Pendekar baik pun berusaha menolong si pecundang karena telah mau menolong mereka, walaupun mereka ragu bahwa ia akan selamat, mengingat pukulan dahsyat dari si iblis. Tapi tahu yang terjadi?? Ternyata setelah dicoba diobati, si pecundang mengalami kondisi yang semakin baik. Pendekar baik agak bingung dan tidak mengira bahwa si pecundang akan selamat. Karena sulit bagi orang biasa untuk bisa lolos dari maut seperti itu.

Pada akhirnya si pendekar baik pun sadar bahwa si pecundang sebetulnya bukanlah orang biasa. Dia (pecundang) adalah orang istimewa. Sangat istimewa. Pendekar baik baru tersadar bahwa si pecundang sebetulnya menyimpan kekuatan dahsyat (aliran chi) di dalam tubuhnya. Begitu tersembunyinya kekuatan chi dalam tubuh si pecundang sampai-sampai Kekuatan itu baru bisa keluar setelah adanya pukulan dahsyat dari si iblis. Dengan kata lain, pukulan si iblis telah membebaskan aliran chi dari si pecundang. Aliran chi inilah yang membedakan antara pendekar kung fu istimewa dengan pendekar kung fu biasa.

Pendekar baik sangat tertegun dan kini baru percaya bahwa seorang pecundang yang baru saja ditolongnya tersebut adalah seorang pendekar kung fu hebat. Pendekar baik itu berkata kepada pasangannya bahwa pendekar ini (si pecundang) adalah salah satu pendekar kung fu terhebat sepanjang masa. Dan ia betul. Singkat cerita si pecundang benar-benar menunjukkan kekuatannya. Ia dengan mudah melawan semua musuh-musuhnya, bahkan si iblis, dengan sangat mudah. Si Pecundang itu menjadi salah satu pendekar terhebat sepanjang masa.
------------------------------------------------the end----------------------------------------
Setiap kali saya merasa terpuruk karena cobaan yang menimpa saya, saya selalu membayangkan cerita ini. Saya membayangkan bahwa saya adalah tokoh dari si pecundang. Pecundang yang kelak menjadi salah seorang pendekar terhebat sepanjang masa.

Setiap kali saya merasa sakit dan rapuh, saya selalu membayangkan bahwa diri saya seperti si pecundang yang sedang dipukuli oleh si iblis (kesakitan, cobaan, kegagalan, kepedihan). Setiap pukulan, setiap cobaan, setiap kesakitan yang saya rasakan, adalah detik-detik menanti kekuatan terdalam dalam diri saya. Kekuatan yang baru akan keluar manakala diri ini dihantam begitu hebatnya oleh “si iblis”.

Saya selalu meyakini bahwa kekuatan ini akan datang, lambat atau cepat. Sampai pada suatu saat aliran kekuatan ini akan muncul tidak terbendung. Membuat saya hebat, menjadi salah seorang “pendekar” terhebat sepanjang masa.


si Cantik di seberang peron

Thursday, February 4, 2010

Seperti hari kemarin, dia duduk di tempat itu. Tempat yang sama seperti hari-hari kemarin. Aku bingung, kenapa dia selalu duduk di sana?. Ada banyak tempat kosong di peron itu, tapi lagi-lagi ia duduk di sana. Dia masih cantik, persis seperti kemarin. Malah, mungkin lebih cantik dari kemarin.

Cahaya lampu peron yang sedikit remang-remang, sedikit menutupi parasnya. Tapi, aku masih bisa melihatnya dengan jelas. Dia cantik. Sorot cahaya lampu seakan menyebarkan pesona kecantikannya.

Selalu di bawah tulisan itu dia duduk. “Stasiun Tebet”. Letaknya hampir persis di tengah-tengah peron. Manis sekali melihatnya duduk di sana. Dan aku cuma bisa memandangnya dari seberang. Ah…kalaupun aku di peron yang sama, aku juga tidak yakin akan menyapanya.

Seperti hari kemarin, dan hari-hari sebelumnya, aku cuma bisa memandangnya dari kejauhan. Dari seberang peron yang berjarak hanya beberapa meter. Hanya berjarak dua rel kereta. Kadang aku berhenti sejenak untuk hanya menatapnya beberapa saat, ah…dia cantik sekali. Manis sekali. Andai saja ada kesempatan mengenalnya lebih dekat.

Kadang, aku berfikir. “Jangan-jangan dia pernah satu gerbong denganku”, ah, tapi enggak mungkinlah. Pasti dia naik dari jalur yang berlawanan dengan aku. Lagipula kalaupun dia satu gerbong denganku, paling-paling aku juga tidak melakukan apa-apa. Paling-paling sama dengan yang kulakukan di seberang sini. Cuma menatapnya dari kejauhan dan cuma bisa bergumam dalam hati, “kamu cantik sekali sih”.

Sesekali aku mengambil tempat tepat di seberangnya. Di seberang peron ini, aku sering berdiri. Menatapnya lama-lama, sambil berpura-pura menantikan kereta datang. Aku berharap ada momen di mana aku bisa menyapanya.

Tiba-tiba aku menghayal, kalau saja dia ada di peron yang sama denganku, dan berdiri persis di sampingku, apa yang kira-kira aku perbuat?. Paling-paling seperti sebelumnya. Cuma diam mematung dan tidak melakukan apa-apa. Paling-paling diam memeluk erat tasku di depan, dan sesekali mencuri pandang. Yang pasti dia harus ada di sebelah samping kiriku. Karena keretaku datang dari arah sana. Namun jika dia di sebelah kananku, tentu saja dengan senang hati aku akan pindah tempat di sebelah kanannya, dan mudah-mudahan tidak ada orang di samping kanannya. Kalaupun ada, aku harap bukan laki-laki. Hahaha…

Ah….itu semua kan cuma seandainya. Toh, dia ada di seberang sana sekarang, sama seperti hari-hari kemarin.

Ngaca dong

Tuesday, February 2, 2010

Katanya mau agar hidup dan segala urusannya dimudahkan oleh Allah, tapi sholatnya aja masih semaunya.
Hampir nggak pernah bisa sholat tepat waktu, terutama subuh
Boro-boro sholat, tau adzan subuh jam berapa aja, nggak (tau).

Mau jadi apa sih?
Ngomong doang
Apa sih yang buat kita berfikir bahwa Allah bakal ndenger do’a kita?

Jutaan ummat manusia, jutaan hambaNya sekarang ini, setiap hari,setiap detik, memohon padaNya
Mereka semua itu berdo’a
Mereka berdo’a juga untuk hal yang sama
Keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup

Terus, apa yang buat kamu berfikir bahwa Allah akan mendengar dan mengabulkan permintaan kamu?
Ibadahnya nggak beres, masih buat maksiat lagi.
Saingamu tuh banyak, tau!
Berkorban dikit dong!

Berapa banyak janji yang udah kamu berikan ama Dia
Janji mana aja yang udah dipenuhi?
Dulu minta supaya dikasih ini, itu
Terus kamu berjanji, kamu akan begini dan begitu, kalau yang ini dan itu terkabul

Coba dong, liat, sekarang yang udah kamu dapet apa?
Nikmat mana lagi sih, yang mau kamu ingkarin?
Ati-ati lho, jangan sampe omonganmu nggak laku lagi
Ati-ati, jangan sampe kamu janji-janji lagi
Do’a tuh pake mulut juga tau!
Ngaca dong!

Do'a

Ya Allah, berikanlah aku kemampuan yang baik dalam mengingat dan memperoleh informasi
Berikanlah aku kemampuan yang baik dalam mencari ilmu pengetahuan
Jadikanlah aku seorang ahli ilmu

Ya Allah, janganlah kau jadikan hamba orang yang kufur akan nikmat-nikmatmu
Jadikanlah hamba menjadi hambamu yang pandai bersyukur
Berikanlah hamba kemudahan dalam menyimpan dan memperoleh ilmu pengetahuan

Ya Allah, berikanlah hamba pintu rizkimu yang baik
Bukakanlah pintu rizkimu selebar-lebarnya bagi hamba ya Allah
Ridhailah hamba dalam mencari rizkimu Ya Allah
Ridhailah hamba dalam menggapai kesejahteraan Ya Allah
Dan janganlah hamba terlena karenanya Ya Alla

Ya Allah, Hamba ingin mensejahterakan diri hamba
Hamba ingin mensejahterakan keluarga hamba
Hamba ingin mensejahterakan orang-orang yang hamba cintai

Ya Allah, begitu banyak yang ingin hamba lakukan di dunia ini ya Allah
Berikanlah hamba kesempatan untuk menjadi salah satu hambaMu yang terbaik
Berikanlah hamba kesempatan, Ya Allah
Hamba ingin menjadi seseorang di dunia ini
Seseorang yang mempunyai arti

Usia hamba yang terus beranjak tua, Ya Allah
Dan hamba belum melakukan apapun, dan untuk siapapun.

Ya Allah, hamba tahu bahwa kau sayang terhadap hamba
Hamba tahu bahwa kau inginkan yang terbaik bagi hamba
Kau tidak mungkin membawa hamba sejauh ini hanya untuk menjadi bukan apa-apa.

Ya Allah, berikanlah hamba tempat yang terbaik bagi hamba
Tempat di mana hamba bisa menjadi cemerlang
Tempat di mana hamba bisa menjadi salah satu yang terbaik

Tunjukanlah hamba jalanMu Ya Allah
Jalan yang baik yang engkau ridhai
Jalan yang menghebatkan hamba kelak

Berikanlah hamba tempat di mana hamba bisa menemukan diri hamba
Berikanlah tempat di mana hamba bisa hidup sepenuhnya
Tempat di mana hamba bisa mencintai diri hamba sepenuhnya
Tempat di mana hamba bisa mengeluarkan potensi terbaik dalam diri hamba
Tempat di mana hamba bisa mencintai pekerjaan-pekerjaan hamba
Tempat di mana hamba akan berada, sampai hamba tua kelak.

Hujan

Saturday, January 30, 2010

Hujan. Hari ini hujan. Saya selalu suka jika hari hujan. Buat saya hujan itu identik dengan kesejukan. Hujan itu identik dengan kedamaian. Hujan itu identik dengan rasa tenang dan relaks. Hidup di perkotaan yang padat, membuat semuanya terasa gersang. Polusi yang merajalela membuat keadaan semakin panas. Tapi begitu kota diguyur hujan, semuanya seperti tampak damai. Orang-orang yang biasanya ganas, sangar dan berbicara keras, seakan juga ikut dalam kesyahduan hujan.

Kadang saya ingin agar setiap hari selalu hujan. Agar semuanya terasa segar dan rileks. Tapi bagaimana dengan jemuran-jemuran kta? Bagaimana dengan para petani di sana? Mereka sangat menunggu sinar matahari untuk menyinari tanaman mereka. Mereka butuh kehangatan matahari untuk kesuburan tanamannya. Bagaimana dengan tukang es di jalan? Mereka bisa-bisa bangkrut karena semua orang butuh minuman hangat sewaktu hujan.

Hujan selalu membuat saya merasa damai. Sebagian bahkan sampai tertidur (saking damainya). Sedangkan panas matahari di siang hari, tidak pernah membuat saya merasa lebih baik. Tapi bagaimanapun saya sada sepenuhnya, bahwa mereka, baik hujan dan matahari, selalu ada untuk yang terbaik. Saya selalu berusaha untuk mensyukuri kehadiran keduanya. Baik ketika saya basah kuyup karena kehujanan, ataupun basah kuyup bermandikan keringat sewaktu panas menyengat.

Seringkali kita protes terhadap Tuhan, manakala kita selalu diberikan hujan. Hujan jadi sering dianggap sial. Hujan itu penyebab banjir, dan orang-orang yang harus menderita akibat hujan, sangat membenci kehadiran hujan. Rumah saya juga kebanjiran sewaktu hujan deras. Jika dahulu saya biasa tenang menghadapi hujan, jika dahulu saya begitu menikmati setiap tetes hujan, maka di rumah saya sekarang, kami sekeluarga harus was-was karena hujan. Sewaktu-waktu hujan bisa jadi sangat deras. Sewaktu-waktu, rumah kami bisa kebanjiran. Walaupun demikian, saya masih tetap senang dengan datangnya hujan. Saya masih senang mendengar rintik hujan di genteng rumah.

Di lain waktu seringkali juga kita protes jika hujan tidak kunjung turun. Pana begitu menyengat. Cuaca begitu tidak bersahabat. Semua terasa panas. Tensi darah terasa naik. Emosi jadi labil dan sangat tidak nyaman. Mudah-mudahan saya selalu berusaha untuk menikmati di kala hujan ataupun cuaca panas. Saya ingin menyukuri bahwa keduanya haru datang silih berganti. Walaupun saya menikmati hujan, tidak berarti saya harus prote karena cuaca panas, dan mudah-mudahan anda juga begitu. Hanya karena hujan terlalu sering, mudah-mudahan tidak membuat kita protes pada Tuhan. Karena jika kita melakukannya. Nikmat apa lagi yang akan kita pungkiri?

Hidup Sepenuhnya

Saya lelah mengejar sesuatu yang bukan saya inginkan, saya lelah menjadi seseorang yang bukan diri saya. Saya ingin hidup sepenuhnya. Hidup seutuhnya. Hidup dengan penuh arti dan rasa syukur. Saya ingin melakukan sesuatu yang saya cintai. Melakukan sesuatu dengan penuh suka cita, dengan penuh kegembiraan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang bermain dengan riang.

Konon, kita akan menjadi besar dengan melakukan yang kita cintai. Konon Kita tidak mungkin menjadi yang terbaik dengan mengerjakan sesuatu yang tidak betul-betul kita inginkan. Konon, kita tidak akan pernah mencapai tempat yang ingin kita tuju, jika saat ini kita masih berada di tempat yang sebetulnya tidak ingin kita berada.

Suatu saat saya akan mati seperti yang lain. Dan sampai detik ini, saya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Apa yang sudah saya lakukan untuk dunia?. Saya ingin sekali memberi arti sebelum saya mati. Saya ingin sekali menjadi sesuatu bagi orang lain. Menjadi sesuatu bagi dunia, bagi sesama. Saya tidak ingin membuang banyak waktu dalam hidup saya, dan berkutat dengan hal-hal yang tidak saya cintai. Saya ingin menghabiskan sisa waktu hidup saya dengan penuh suka cita. Saya ingin menjadi tua dengan apa yang saya cintai.

Jika saya memilih menjadi tua, maka saya ingin menjadi ciputra. Jika saya memilih menjadi tua, saya ingin menjadi Kolonel Sanders. Mereka menghabiskan sisa tuanya dengan sangat produktif. Memberi arti bagi sesama. Memberi arti bagi dunia.

Kapan saya bisa seperti mereka? Terkadang mengurusi hal-hal sepele pun saya masih banyak salah. kapan saya akan naik peringkat? Kapan saya akan memikirkan nasib orang lain. Kapan saya akan memikirkan perut orang lain. Kapan saya akan memikirkan masa depan orang lain. Kapan?, jika sekarang, saya masih duduk di sini. Memikirkan rasa takut akan masa depan.

Jika Ingin Berbahagia, maka Berbahagialah...

Tuesday, January 19, 2010

“Jika anda ingin berbahagi, maka berbahagialah…”

Itu adalah salah satu petuah bijak dari seorang besar dunia. Saya mungkin seperti orang kebanyakan yang akan langsung bertanya, “bagaimana caranya?”. Iya saya tahu bahwa kita harus bahagia, namun bagaimana caranya?. Masa sih mau bahagia, ya bahagia begitu saja. Ah…rasanya sulit sekali mencerna kata-kata bijak tersebut. Mungkin kalau kata-katanya: “Jika ingin berbahagia, maka carilah banyak harta…” itu lebih spesifik dan mudah dimengerti.



Saya juga pernah mendengar nasihat bijak dari seseorang (saya lupa, apakah ini saya dapat dari kehidupan nyata saya, ataukah dari film yang saya tonton). Namun kurang lebih begini kata-katanya: “Sedih dan bahagia itu hanyalah soal fokus. Hanya soal bagaimana kita menempatkan fokus pikiran kita kepada yang membahagiakan. Jika kita hanya berfokus pada hal-hal yang membuat kita sedih, membuat kita marah dan kesal, maka itulah yang akan terjadi pada kita”. Namun sebaliknya, jika kita mulai membiasakan untuk lebih berfokus pada yang pada yang dapat membuat kita bahagia, maka itu akan membahagiakan.


Anda pernah dengar kan kata-kata, “Obat yang paling manjur di dunia adalah tertawa”. Para ahli kedokteran bahkan secara terang-terangan mengakui, bahwa sebagian besar penyakit yang dialami seorang pasien adalah lebih disebabkan karena luka batinnya. Sedih, takut, marah, kecewa, akan menghasilkan depresi. Depresi akan meningkatkan resiko bagi datangnya berbagai penyakit.


Jadi, kenapa kita sekarang masih senang sekali untuk bersedih-sedih? Bagaimana kalau mulai dari sekarang kita coba untuk melihat di sekeliling kita tentang semua yang bisa membahagiakan kita. Bahwa kita masih punya pekerjaan sedangkan yang lain masih banyak yang menganggur, atau kita masih bisa bekerja, membangun usaha, sedangkan yang lain mungkin mengurus dirinya sendiri saja sulit. Bahagialah karena Tuhan masih memberikan kita kesempurnaan fisik untuk bekerja sementara banyak orang di luar sana harus hidup dalam penuh ketidaksempurnaan fisik. Bahagialah bahwa saat ini kita memiliki tempat berteduh, kita masih bisa terlindung dari hujan dan panas, dan masih bisa beristirahat jika malam tiba, sementara banyak orang di luar sana yang harus hidup beratapkan langit.


Berbahagialah karena kita masih mempunyai pikiran yang sehat. Banyak hal yang masih bisa kita rencanakan. Banyak yang masih harus kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita. Berbahagialah kita masih diberi kesehatan akal dan mental sementara banyak orang di luar sana harus termenung sedih meratapi saudaranya, keluarganya dan bahkan sekedar orang yang dikenalnya, yang harus mengalami kekurangan secara akal dan mental. Dan bahkan masih ada seribu satu alasan untuk orang-orang yang kurang beruntung tersebut, untuk dapat menyebut dirinya “orang beruntung”.


Di atas langit masih ada langit. Di atas orang yang pintar, masih ada banyak orang yang pintar. Di atas orang besar, masih ada banyak orang besar, di atas orang yang bahagia masih banyak orang bahagia, dan begitupun dengan yang kekurangan dan yang menderita. Sehebat dan senikmat apapun Anugrah yang diberikan Tuhan kepada kita, masih ada seribu satu alasan untuk mengingkarinya. Masih ada seribu satu alasan untuk kita memilih menjadi orang yang selalu merasa kurang dan menderita, dan begitu pun sebaliknya. Masih ada seribu satu alasan bagi mereka yang selama ini dianggap kurang, kecil dan terbuang, untuk bisa menyebut dirinya “si paling beruntung”.


Mereka yang selalu kita anggap penuh kesulitan hidup, namun masih mempunyai banyak senyum untuk dibagikan kepada orang lain di sekitarnya. Ada seribu satu alasan bagi mereka untuk selalu tersenyum bahagia, ada seribu satu alasan bagi mereka untuk mensyukuri hidup ini. Bagaimana menurut anda? Apa mungkin mereka sudah gila? Atau justru kita yang gila? Atau…semua ini Cuma masalah fokus. Fokus kepada yang membahagiakan, fokus kepada yang membuat kita merasa senang.

 
 
 

Blogwalking

 
Copyright © menurut saya