“kita tidak akan pernah menjadi (lebih) berani tanpa mengetahui ketakutan kita”
Saya lupa darimana saya mendapatkan kata-kata di atas (jika anda tahu, tolong beritahu), mungkin dari seorang psikolog, seorang pembicara hebat, seorang motivator, politisi, artis atau siapalah…. namun bagaimanapun pengalaman hidup saya mengajarkan bahwa memang kita akan sulit untuk benar-benar menjadi berani tanpa benar-benar tahu apa yang menjadi sumber ketakutan kita.
Saya, sebagaimana juga anda, sebagaimana manusia biasa, kita semua pernah merasa takut. Sebagian orang bahkan lebih sering takut ketimbang bersikap berani. Kita semua, sebagaimana juga orang lainnya, sangat sadar-sepenuhnya-bahwa menjadi berani adalah penting. “Kita harus berani”, itulah kata yang sudah sangat sering coba ditanamkan ke dalam pikiran kita. Entah berapa banyak kita sudah memasukkan sugesti semacam itu untuk diri kita. Entah sugesti yang secara sadar kita lakukan sendiri maupun sugesti yang coba ditanamkan orang lain kepada kita. Intinya tetap sama, bahwa menjadi berani itu penting.
Pertanyaannya kemudian, sampai berapa lama kita bisa menjadi (lebih) berani?. Sampai berapa lama kita harus memasukkan sugesti itu semacam di atas, kepada kita?. Apa lagi yang kita butuhkan? Berapa orang yang mesti mensugesti kita agar kita kita bisa (lebih) berani?. Pengalaman seperti apa yang harus anda alami agar merasa lebih baik-agar merasa (lebih) berani?.
Konon, kebencian bisa member kita kekuatan (keberanian), konon penderitaan bisa member kita kekuatan. Lantas, penderitaan semacam apa yang harus kita temui untuk bisa (lebih) berani?. Apa lantas semua itu lalu bisa memberi kita perasaan yang lebih baik?
Seorang motivator pernah bilang, bahwa untuk menjadi berani, maka jangan takut (beranilah), untuk menjadi rajin, maka rajinlah (jangan malas), dan untuk menjadi bahagia, berbahagialah (jangan sedih). Lantas untuk menjadi “beranilah” itu bagaimana?, mungkin ini salah satu dari sekian banyak pendekatan untuk menjadi (lebih) berani. Temukanlah sumber ketakutan anda.
Jika anda takut pada ular, atau binatang buas lainnya itu adalah hal yang normal (lumrah), tentunya bukan ketakutan semcam itu yang kita bicarakan di sini. Adalah normal untk merasa takut kepada yang bisa menyakiti kita, bisa membahayakan kita, yang mengancam jiwa kita, yang bisa membuat kita terluka (secara fisik), dsb. Namun sayangnya ketakutan semacam itu bukan satu-satunya ketakutan kita.
Kita seringkali takut untuk sesuatu yang mungkin bagi orang lain, hal itu merupakan ketakutan yang menggelikan. Kadang kita takut untuk mencoba hal-hal baru dalam hidup, kita takut untuk mengambil keputusan, kita takut untuk berkenalan dengan orang-orang baru, takut untuk bertemu banyak orang, takut berbicara di depan banyak orang, dan lain sebagainya.
Tentunya anda yang paling tau diri anda, anda yang paling mengerti tentang masalah anda. Karena ketakutan itu ada dalam diri anda, maka hanya diri anda yang dapat menolong diri anda sendiri. Tentu kita tidak dapat membicarakan satu-persatu bagaimana kita bisa lepas dari jerat ketakutan, dan membuka diri untuk menjadi lebih berani di sini. Tapi mulailah saat ini anda benar-benar merenungkan tentang perasaan anda itu.
Misalnya, kenapa kita takut bertemu orang? Apa kita berbuat salah pada dia atau keluarganya? Apa pernah kita menyakitinya? Apakah kita seorang kriminal yang sedang dicari-cari ?. Apa ada yang salah dalam diri kita? Apa kita merasa malu dengan keadaan diri kita? Fisik kita? Atau ada kekurangan dalam diri kita? Apa menurut anda orang yang anda hadapi saat itu akan menjatuhkan anda dengan kekurangan itu? jika tidak, lantas apa yang anda takutkan? Dan jika iya, maka di mana letak kesalahannya? Apakah memang sudah sepantasnya anda diperlakukan tidak adil seperti itu (anda di hina, anda dilecehkan)? Atau apakah memang anda sebaiknya tidak dekat-dekat dengan orang semacam itu, karena ia adalah “racun” yang harus dienyahkan?. Apakah itu yang anda takutkan? Anda takut dipermalukan? Anda takut disakit secara psikologis?. Atau apa semua di atas itu salah? Lantas, apa yang benar?. Andaa akan selangkah lebih dekat dengan keberanian, begitu anda tau dengan pasti tentang apa yang sebenarnya anda takutkan.
Saya lupa darimana saya mendapatkan kata-kata di atas (jika anda tahu, tolong beritahu), mungkin dari seorang psikolog, seorang pembicara hebat, seorang motivator, politisi, artis atau siapalah…. namun bagaimanapun pengalaman hidup saya mengajarkan bahwa memang kita akan sulit untuk benar-benar menjadi berani tanpa benar-benar tahu apa yang menjadi sumber ketakutan kita.
Saya, sebagaimana juga anda, sebagaimana manusia biasa, kita semua pernah merasa takut. Sebagian orang bahkan lebih sering takut ketimbang bersikap berani. Kita semua, sebagaimana juga orang lainnya, sangat sadar-sepenuhnya-bahwa menjadi berani adalah penting. “Kita harus berani”, itulah kata yang sudah sangat sering coba ditanamkan ke dalam pikiran kita. Entah berapa banyak kita sudah memasukkan sugesti semacam itu untuk diri kita. Entah sugesti yang secara sadar kita lakukan sendiri maupun sugesti yang coba ditanamkan orang lain kepada kita. Intinya tetap sama, bahwa menjadi berani itu penting.
Pertanyaannya kemudian, sampai berapa lama kita bisa menjadi (lebih) berani?. Sampai berapa lama kita harus memasukkan sugesti itu semacam di atas, kepada kita?. Apa lagi yang kita butuhkan? Berapa orang yang mesti mensugesti kita agar kita kita bisa (lebih) berani?. Pengalaman seperti apa yang harus anda alami agar merasa lebih baik-agar merasa (lebih) berani?.
Konon, kebencian bisa member kita kekuatan (keberanian), konon penderitaan bisa member kita kekuatan. Lantas, penderitaan semacam apa yang harus kita temui untuk bisa (lebih) berani?. Apa lantas semua itu lalu bisa memberi kita perasaan yang lebih baik?
Seorang motivator pernah bilang, bahwa untuk menjadi berani, maka jangan takut (beranilah), untuk menjadi rajin, maka rajinlah (jangan malas), dan untuk menjadi bahagia, berbahagialah (jangan sedih). Lantas untuk menjadi “beranilah” itu bagaimana?, mungkin ini salah satu dari sekian banyak pendekatan untuk menjadi (lebih) berani. Temukanlah sumber ketakutan anda.
Jika anda takut pada ular, atau binatang buas lainnya itu adalah hal yang normal (lumrah), tentunya bukan ketakutan semcam itu yang kita bicarakan di sini. Adalah normal untk merasa takut kepada yang bisa menyakiti kita, bisa membahayakan kita, yang mengancam jiwa kita, yang bisa membuat kita terluka (secara fisik), dsb. Namun sayangnya ketakutan semacam itu bukan satu-satunya ketakutan kita.
Kita seringkali takut untuk sesuatu yang mungkin bagi orang lain, hal itu merupakan ketakutan yang menggelikan. Kadang kita takut untuk mencoba hal-hal baru dalam hidup, kita takut untuk mengambil keputusan, kita takut untuk berkenalan dengan orang-orang baru, takut untuk bertemu banyak orang, takut berbicara di depan banyak orang, dan lain sebagainya.
Tentunya anda yang paling tau diri anda, anda yang paling mengerti tentang masalah anda. Karena ketakutan itu ada dalam diri anda, maka hanya diri anda yang dapat menolong diri anda sendiri. Tentu kita tidak dapat membicarakan satu-persatu bagaimana kita bisa lepas dari jerat ketakutan, dan membuka diri untuk menjadi lebih berani di sini. Tapi mulailah saat ini anda benar-benar merenungkan tentang perasaan anda itu.
Misalnya, kenapa kita takut bertemu orang? Apa kita berbuat salah pada dia atau keluarganya? Apa pernah kita menyakitinya? Apakah kita seorang kriminal yang sedang dicari-cari ?. Apa ada yang salah dalam diri kita? Apa kita merasa malu dengan keadaan diri kita? Fisik kita? Atau ada kekurangan dalam diri kita? Apa menurut anda orang yang anda hadapi saat itu akan menjatuhkan anda dengan kekurangan itu? jika tidak, lantas apa yang anda takutkan? Dan jika iya, maka di mana letak kesalahannya? Apakah memang sudah sepantasnya anda diperlakukan tidak adil seperti itu (anda di hina, anda dilecehkan)? Atau apakah memang anda sebaiknya tidak dekat-dekat dengan orang semacam itu, karena ia adalah “racun” yang harus dienyahkan?. Apakah itu yang anda takutkan? Anda takut dipermalukan? Anda takut disakit secara psikologis?. Atau apa semua di atas itu salah? Lantas, apa yang benar?. Andaa akan selangkah lebih dekat dengan keberanian, begitu anda tau dengan pasti tentang apa yang sebenarnya anda takutkan.
2 comments:
Tapi sebgai manusia rasa takut itu jg perlu..
mau nambahin kata mutiara di atas neh
“kita tidak akan pernah menjadi (lebih) berani tanpa mengetahui ketakutan kita... dan juga kita bisa mengatasi rasa takut itu dengan bijak dan baik”
hehehehe
Post a Comment