Kata orang harta itu tidak bisa membuat kita bahagia?. Lantas, apa yang bisa membuat kita bahagia?. Sebagian orang berpedandapat, agar kita jangan sampai terlena dengan harta, agar kita tidak menjadi pemburu harta. Karena harta tidak bisa membuat orang bahagia dan harta tidak dibawa mati. Orang-orang ini bisa memberikan beribu-ribu contoh untuk menguatkan dalil mereka-bahwa harta tidak bisa membuat kita bahagia.
Sebagian orang berpendapat agar lebih baik kita mencari ilmu. Karena konon, ilmu itu seperti kail, dan harta itu seperti ikan. Kita tidak akan pernah kekurangan harta apabila kita memiliki ilmu. Dengan pesan moral ini juga sebagian kita diajarkan untuk memberikan "kail" kepada orang lain dan bukan memberikan ikan. "Ilmu itu dibawa mati, dan itu yang membuatnya pantas dikejar", begitu kira-kira pesan moral singkatnya.
Apa iya, ilmu bisa memberikan kita kebahagiaan?. Padahal, saya bertemu begitu banyak orang pintar. Orang berilmu. Orang berwawasan luas. Sebagian dari mereka memang ada yang tersenyum penuh kesyukuran. Saya tidak tahu apakah mereka yang tersenyum itu juga memiliki harta banyak di rumah mereka, yang jelas orang-orang pintar semacam ini memang ada.
Saya hampir yakin bahwa memang ilmu lah yang mungkin bisa memberikan kebahagiaan. Tetapi saya juga banyak bertemu dengan orang pintar, orang berilmu, berwawasan luas. Tidak perlu diragukan bahwa mereka ini memang pintar. Namun demikian, saya sulit mendapati mereka dalam kebahagiaan. Sulit bagi saya untuk menangkap rona kebahagiaan dari mata mereka. Sulit menemukan kesyukuran dalam jiwa mereka (paling tidak, itu yang saya lihat), sehingga yang saya lihat, justru sebaliknya.
Sebagian dari orang-orang yang pintar itu adalah dekat dengan saya, jadi kali ini saya tahu tentang keadaan harta mereka. Saya tidak mendapati bahwa mereka miskin. jelas, mereka tidak miskin. Tapi bahwa mereka juga belum sejahtera, itu bisa saya anggukan kepala. Entahlah...yang jelas mereka terlihat kurang "cerah", kurang "bergairah", dan seperti ada awan hitam yang menyelimuti wajah mereka. jujur, saya tidak mendapatkan kebahagiaan di mata mereka.
Saya tidak tahu pasti, bagaimana mungkin orang-orang mengatakan bahwa harta bukan kunci kebahagiaan. Buat saya, bukankah seperti halnya ilmu, harta adalah komponen kebahagiaan itu sendiri. Mungkin ada sebagian orang yang benar-benar bisa benar-benar bahagia dalam kezuhudan yang mengesankan, tetapi tampaknya hal itu bukanlah ukuran umum yang berlaku di masyarakat.
Saya tidak tahu pasti bagaimana mungkin sebagian dari orang-orang itu mengatakan bahwa kekayaan tidak bisa membuat kita bahagia, padahal seumur hidup, mereka bahkan belum pernah hidup dalam limpahan harta. Tentu saja, hanya karena kita tidak bisa mendapatkannya, bukan berarti kita boleh iri terhadap mereka yang mendapatkannya.
Saya tidak tahu pasti, bagaimana mungkin mereka mengatakan bahwa hanya ilmu yang pantas untuk dikejar dan bahwa ilmu adalah kunci kebahagiaan, semantara banyak sekali orang berilmu di luar sana yang masih kebingungan mencari seesuap nasi. Bagaimana mungkin orang-orang ini harus memisahkan antara ilmu dan harta?. bukankah dalam hal (mencari) harta terdapat ilmu juga di dalamnya?. Bukankah mereka yang sekarang ini hidup dalam kebahagiaan, kesyukuran dan senyum ramah yang selalu tersungging di bibirnya boleh selalu kita katakan sebagai "berilmu"?. Tidak peduli seberapa rendah pendidikan (formal) mereka.
Bukankah sudah saatnya sekarang ini kita mulai sadar, bahwa ilmu tidak perlu dipisahkan dari harta. karena dengan ilmu lah kita bisa mendapatkan harta. Bukankah berabad yang lalu teman dari panutan kita (sahabat rasul) juga pernah berkata bahwa untuk mendapatkan dunia (harta) harus dengan ilmu?, lantas kenapa kita saat ini menganggap bahwa mereka (hartawan) bukan orang berilmu. Jelas mereka berilmu, hanya saja fokus dari keilmuan mereka berbeda dengan fokus kebanyakan orang.
Seorang hartawan adalah orang yang berilmu (itu pasti dan kita tidak perlu memungkirinya). Seorang kaya yang sombong bahkan mungkin lebih baik daripada seorang miskin yang sombong, (paling tidak itu menurut saya). Oleh karena itu. hanya karena kita tidak mendapatkan apa yang telah mereka peroleh, bukan berarti kita boleh merendahkan mereka, dan hanya karena kita tahu sesuatu yang mereka tidak tahu, bukan berarti kita lebih baik dari mereka. Bahkan (kalau mau jujur) bukankah itu yang mungkin kebanyakan terjadi pada masyarakat kita, bahwa si "pintar" bekerja untuk si "bodoh", karena si "bodoh" tidak mungkin mau membayar seseorang yang tidak lebih "pintar" dari dirinya. Jadi, mungkin kita harus mendefinisikan ulang tentang pintar, bodoh, berilmu dan berharta
0 comments:
Post a Comment